PENDAHULUAN
Dalam proses pemotongan ternak, selain daging sebagai produksi utama baik itu ternak besar maupun kecil dihasilkan juga hasil sampingan (by product). Hasil sampingan ini berupa ini selain non karkas seperti jeroan juga dihasilkan darah, bulu, kulit, tanduk, tulang, feses dan sebagainya.
Hasil sampingan tersebut apabila tidak diolah maka akan menjadi limbah yang potensial mencemari lingkungan. Oleh karena itu diperlukan suatu proses pengolahan terhadap bahan-bahan tersebut agar bisa bermanfaat baik untuk ternak ataupun kepentingan manusia.
Bulu misalnya, setelah proses pemotongan ternak unggas bulu ini biasanya langsung dibuang. Namun bulu ini sebenarnya bias diolah menjadi tepung untuk diberikan kembali sebagai pakan ternak unggas. Nilai gizi dari tepung bulu tersebut sangat tinggi yaitu sekitar 78 %.
Industri pengolahan hasil sampingan pemotongan ternak, biasa memanfaatkan bahan-bahan tersebut yang biasanya tidak berguna lagi untuk diolah menjadi produk yang bisa bernilai ekonomis tinggi dan biasanya produk yang dihasilkan memiliki keunggulan tersendiri yaitu ramah lingkungan.
Namun dalam proses pengolahan, perlu diperhatikan tahap-tahap pengolahan yang higienis dan juga membutuhkan ketelitian sehingga bisa menghasilkan produk olahan yang berkualitas tinggi.
PEMBAHASAN
Hasil sampingan pemotongan ternak, khususnya bulu dapat menghasilkan beberapa produk yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan komersial dan juga dimanfaatkan kembali sebagai pakan ternak. Berikut ini adalah beberapa produk olahan yang berasal dari bulu :
1. Tepung Bulu
Bulu ayam banyak tersedia di tempat-tempat pemotongan ayam (TPA) yang terdapat di sekitar perkotaan. Bulu ayam yang tersedia bergantung pada jumlah ayam yang dipotong. Setiap ekor ayam potong (bobot potong ± 1,5 kg) menghasilkan bulu sebanyak 5-6 % dari bobot potong. Berdasarkan angka ini dapat dihitung bulu ayam yang dapat diperoleh setiap tahun (Anonim.2007).
Bulu ayam berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber protein pakan alternative pengganti sumber protein konvensional seperti bungkil kedelai, dan tepung ikan. Selain berpotensi sebagai pakan, pemanfaatan tepung bulu ayam sebagai pakan dapat mengurangi pencemaran lingkungan akibat pembuangan bulu ayam yang tidak tepat (Anonim, 2007).
Bulu unggas sebagai bahan baku pakan ternak unggas jarang dipergunakan oleh pabrik pakan ternak unggas, namun mempunyai potensi sebagai sumber protein hewani dan kaya akan asam amino esensial. Protein kasarnya mencapai 86,5 % dan energi metabolisme 3047 kkal/kg.
Karena bulu unggas mempunyai kelemahan untuk bias dicerna dengan baik, maka sebelum dipergunakan perlu dihidrolisis atau pemasakan pada temperatur tinggi dengan tekanan uap panas 15 kg sampai dengan 20 kg, selama 30 menit atau dimasak sampai titik didih 130 C. Selanjutnya dikeringkan dan digiling lembut.
Dengan pengolahan tersebut, protein keratin yang sulit dicerna dapat diatasi karena setelah pemanasan ikatan disulfidanya pecah sehingga mudah dicerna oleh ternak unggas.
Penggunaan tepung bulu unggas, bungkil kedele, dan susu bubuk, sangat mendukung imbangan protein dan asam amino esensial dalam pakan ternak unggas, namun penggunaannya relatif sedikit (Murtidjo, 1987).
Pakan asal by product umumnya memerlukan pengolahan sebelum diberikan ke ternak mengingat banyaknya keterbatasan yang dimiliki oleh bahan pakan tersebut. Tepung bulu ayam (TBA) misalya mempunyai ikatan keratin yaitu sejenis protein berserat yang bersifat sukar larut dalam air dan sulit dicerna oleh ternak unggas. Teknik pengolahan kombinasi antara perlakuan fisik dan kimia. Untuk mengurangi keratin, diadakan suatu penelitian yang menghasilkan bahwa Nilai retensi nitrogen tepung bulu ayam yang dioleh menggunakan enzim dari Cunninghamella spp. lebih baik dari nilai retensi nitrogen tepung bulu ayam yang diolah secara kimia maupun biologis (Anonim, 2007).
Penggunaan tepung bulu unggas sebagai bahan pakan sumber protein ternak merupakan salah satu pilihan yang perlu mendapat pertimbangan. Dari hasil pengujian biologis, tepung bulu dapat digunakan sebagai pengganti komponen bahan pakan penyusun konsentrat untuk ternak ruminansia.
Substitusi komponen utama pakan tambahan / konsentrat memberikan respon yang baik terhadap pertambahan bobot hidup maupun produksi susu. Respon yang cukup baik tersebut disebabkan adanya keseimbangan protein antara yang mudah didegradasi dan yang lolos degradasi.
Selain itu tepung bulu dapat meningkatkan konsumsi bahan kering. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ransum dengan tepung bulu unggas mempunyai palatabilitas yang tinggi. Peningkatan konsumsi protein yang diiringi dengan meingkatknya pertambahan bobot hidup harian (Anonim, 2007).
2. Bulu Puyuh (Coturnix japonicus)
Bulu puyuh, terutama dari jenis puyuh mahkota, gambels quil, atau blue brested quil, dapat diambil karena warnanya sangat bagus. Bulu-bulu yang agak halus, terutama bulu bagian dada dan punggungnya yang besar, dan masih baik kondisinya dikumpulkan dan dijemur sampai agak kering. Setelah itu bulu dapat dijual untuk digunakan sebagai salah satu bahan pembuat lukisan bulu yang sekarang mulai populer atau sebagai isi bantal penganti kapuk, busa atau bulu angsa.
Pemanfaatan bulu lain yaitu sebagai campuran pakan ternak karena berpotensi sebagai sumber protein hewani dan mineral. Selain itu, bulu kaya asam amino esensial. Energi metabolisme yang dihasilkan bulu mencapai 3,047 Kkal/kg, sedangkan protein kasarnya mencapai 86,5%. Pemanfaatan bulu sebagai pakan ternak harus dilewati proses pengolahan terlebih dahulu, tidak hanya dikeringkan dan digiling saja. Bulu harus dihidrolisis atau dimasak terlebih dahulu. Kandungan nutrisi tepung bulu terhidrolisis atau dimasak terlebih dahulu.
Tabel 4. Kandungan Nutrisi Tepung Bulu Terhidrolisis.
Nutrisi
|
Kandungan (%) |
Protein Kasar Serat kasar Abu Kalsium Fosfor garam | Protein Kasar Serat kasar Abu Kalsium Fosfor garam |
Sumber : Mc Donald et al dadn Pond & Manner (1974)
Cara pembuatan tepung bulu sangat mudah. Langkah pertama, cuci bersih bulu-bulu tersebut, lalu jemur kembali bulu sampai kering. Kemudian rebus bulu – bulu kering tersebut selama 1 jam pada suhu 130 – 140ยบC. Selanjutnya, jemur kembali sampai kering dan tumbuk atau digiling.
Kandungan asam amino dalam tepung bulu 65%. Beberapa keuntungan menggunakan tepung bulu diantaranya menekan biaya pengadaan ransum, pemanfaatan limbah, bernilai ekonomi cukup tinggi, dan sebagai persediaan mineral dan asam amino esensial untuk unggas. (Kafrawi, 2007).
3. Bulu Domba
Bulu domba, dapat diolah menjadi suatu produk yang bernilai ekonomis tinggi seperti keset, tas, hiasan dinding, dan juga Jaket.
Tahap tahap pengolahan bulu domba meliputi : 1. Pencukuran bulu, 2. Penyortiran, 3. Pencucian, 4. Penjemuran, 5. Pemisahan, 6. Penyisiran, 7. Pemintalan, 8. Pemutihan, 9. Pewarnaan, 10. Pembuatan Desain, 11. Penenunan.
- Pencukuran Bulu
Bulu domba dicukur dengan menggunakan gunting. Hasil guntingan bulu dikumpulkan
- Penyortiran
Pisahkan bulu dari kotoran (feses), rumput, ranting, tanah, dan lain-lain
- Pencucian bulu
Dilakukan dengan tiga tahap yaitu :
(a). Perendaman yaitu bulu direndam dalam air selama 12 jam (satu malam) dan kemudian dibilas
(b). Pencucian dengan detergen yaitu dengan melarutkan 100 gram detergen ke dalam 10 liter air. Rendam bulu selama 15 menit kemudian angkat dan bilas dengan air bersih
(c) Pencucian dengan desinfektan yaitu dengan melarutkan desinfektan (Lysol atau Densol) sebanyak 100 cc ke dalam 10 liter air. Celupkan bulu yang sudah dicuci dengan detergen ke dalam larutan desinfektan. Kemudian angkat, diperas dan langsung dijemur
- Penjemuran
Hamparkan (tipis saja) diatas meja penjemuran. Jemur selama 1-2 hari pada waktu yang cerah .
- Pemisahan bulu
Sobek-sobek bulu yang masih menggumpal dengan kedua tangan sampai bulu menjadi terurai. Apabila gumpalan bulu tersebut sulit diuraikan, maka digunting dan dibuang saja.
- Penyisiran bulu
Bulu diletakkan diatas sisir kemudian sisir diputar-putar sampai bulu tersebut terbentuk lembaran-lembaran tipis
- Pemintalan
Bulu yang sudah disisir dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam lubang benang alat pintal. Kemudian putar roda dengan kaki terus menerus sampai terbentuk helai-helai benang. Kemudian setiap dua helai benang dipintal / digabung menjadi benang.
- Pemutihan
Benang hasil pintalan perlu diputihkan. Rebus air 2 liter sampai mendidih lalu masukkan 2 sendok (± 10 ml) H2O2 dan 2 sendok detergen. Kemudian didihkan lagi dan masukkan benang yang akan diputihkan, diaduk-aduk sampai berbusa (± 5 menit). Angkat dan bilas dengan air sampai bersih lalu dijemur.
- Pewarnaan
Pewarnaan benang menggunakan pewarna tekstil, sesuai dengan warna yang diinginkan. Campur 10 liter air + 0,3 Liter biang cuka + pewarna. Rebus benang dalam campuran warna tersebut selama 1 jam lalu angkat dan tiriskan. Kemudian benang dicuci sekali lagi dan terakhir dikeringkan
- Pembuatan Desain
Desain disesuaikan dengan barang kerajinan yang akan dibuat (misalnya : keset, tas dan hiasan dinding). Gambar ukuran dan motif yang diinginkan. Tentukan warna-warna pada motif yang diinginkan. (Saleh, 2007).
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bagian pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
- Hasil sampingan Pemotongan ternak kecil maupun besar apabila tidak diolah maka akan menjadi limbah yang potensial mencemari lingkungan. Oleh karena itu diperlukan suatu proses pengolahan terhadap bahan-bahan tersebut agar bisa bermanfaat baik untuk ternak ataupun kepentingan manusia.
- Bulu dapat dimanfaatkan menjadi pakan ternak sebagai sumber protein tinggi seperti tepung bulu yang telah dihidrolisis
- Selain itu bulu juga dapat diolah untuk kepentingan industri seperti pengolahan bulu domba menjadi jaket, wool, keset, tas, hiasan dinding, dan lain-lain).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Bulu Unggas Untuk Pakan Ruminansia. http://balitnak@indo.net.id . Tanggal Akses 04 Desember 2007.
______. 2007. Pengolahan Tepung Bulu dengan Perlakuan Enzimatis memberi hasil Lebih Baik. http://www.poultryindonesia.com . Tanggal Akses 04 Desember 2007.
Kafrawi. 2007. Si Kecil Yang Bermanfaat. http://nonruminansia.ditjennak.go.id. Tangggal Akses 04 Desember 2007.
Murtidjo, B.A. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
Saleh, Eniza. 2007. Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak.http:// www.google.co.id. Tanggal Akses 04 Desember 2007.
Tugas Abatoir dan Teknik Pemotongan Ternak
Dosen : Hajrawati, S.Pt
PENGOLAHAN BULU
OLEH
KELOMPOK III GANJIL
Achmad Ragil P.N (I 211 05 015)
Mirnawati (I 211 05 019)
Mildawati (I 211 05 011)
Masriana Halim (I 211 05 025)
Mahar Dinawar (I 211 05 023)
A. Fadliana (I 211 05 021)
Supriadi (I 211 05 007)
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2007
1 komentar:
maaf, untk tabel kandungan nutrisi tepung bulu kandungan (%)nya tidak mengarah ke angka
Posting Komentar