Jumat, 03 April 2009

manajemen pemeliharaan sapi potong

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usaha penggemukan sapi akhir-akhir ini semakin berkembang, hal ini ditandai dengan semakiun banyaknya masyarakat maupun daerah yang mengusahakan penggemukan sapi. Dewasa ini usaha penggemukan sapi sudah menyebar ke beberapa daerah di luar Jawa, seperti Lampung Sulawesi dan Aceh. Penggemukan sapi dapat dilakukan secara perseorangan hingga skala usaha yang besar, namun ada pula yang mengembangkan usahanya dalam bentuk kelompok dalam kandang yang berkelompok pula (Siregar, 2006).

Usaha penggemukan mendatangkan keuntungan ganda berupa keuntungan dari pertambahan bobot badan dan kotoran (feses) berupa pupuk kandang (bokasi). Besar keuntungan ini tergantung pada pertambahan bobot badan yang dicapai dalam proses penggemukan, lama penggemukan dan harga daging saat penjualan.

Terdapat berbagai pertimbangan yang harus dilakukan dalam memulai usaha penggemukan sapi, yakni metode penggemukan yang dipilih, jenis ternak yang digemukkan, aspek manajemen dan tatalaksana penggemukan.

Pemeliharaan ternak sapi bali pada fakultas peternakan adalah salah satu bentuk usaha penggemukan yang dilakukan secara intensif dengan manajemen pemberian pakan secara non ablibitum yang diberikan pada pagi dan sore hari dengan pakan yang berbeda yaitu berupa rumput dan konsentrat.
Permasalahan dan Tujuan Penulisan

Metode pemeliharaan dan penggemukan pada sapi bali serta pengaruh manajemen pemeliharaan pada tingkat pemberian pakan yang berbeda dengan konsentrasi yang berbeda pula dalam pengaruhnya pada pertambahan berat badan sapi bali yang dipelihara secara ekstensif, system perkandangan, lama pemeliharaan. Disamping itu dapat memberi informasi pada mahasiswa apa dan bagaimana pengaruh dan hal-hal yang dapat di jadikan bahan pengalaman untuk dapat dimanfaatkan di kemudian hari mengenai pemeliharaan sapi bali.

Tujuan penulisan ini ialah bagaimana selama praktikum feedlot dalam hal ini penggemukan sapi bali guna melihat pengaruh pertambahan berat badan sapi bali pada tingkat perbedaan pemberian pakan pada jenis pakan yang berbeda berupa rumput dan konsentrat. Dengan pengamatan ini kita dapat memperoleh informasi penting mengenai estimasi pertambahan berat pada sapi bali dengan penerapan manajemen yang baik.


PEMBAHASAN

Metode Pemeliharaan dan Penggemukan Sapi Potong (Sapi Bali)

Penggemukan sapi dengan sistem kereman dilakukan dengan cara menempatkan sapi-sapi dalam kandang secara terus-menerus selama beberapa bulan. Sistem ini tidak begitu berbeda dengan penggemukan sapi dengan sistem dry lot, kecuali tingkatnya yang masih sangat sederhana. Pemberian pakan dan air minum dilakukan dalam kandang yang sederhana selama berlangsungnya proses penggemukan. Pakan yang diberikan terdiri dari hijauan dan konsentrat dengan perbandinganyang tergantung pada ketersediaan pakan hijauan dan konsentrat (Siregar, 2007).

Siregar (2006), bahwa penggemukan sapi dengan metode kareman hanya terdapat di Indonesia, dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut:

a. Bakalan sapi untuk penggemukan cukup tersedia dan relatif mudah diperoleh

b. Ketersediaan hijauan, termasuk limbah pertanian/industri pertanian cukup potensial dan tersedia sepanjang tahun.

c. Ketersediaan hasil ikutan industri pertanian seperti ampas tahu, ampas brem, ampas nenas, kulit kedelai atau kacang hijau dan lain sebagainya cukup potensial dang tersedia sepanjang tahun.

d. Kotoran sapi berupa pupuk kandang sangat diperlukan untuk pemupukan.

e. Pada umumnya sapi bakalan yang digunakan untuk penggemukan adalah sapi-sapi jantan yang telah berumur 1-2 tahun dalam kondisi yang kurus dengan.

f. Kontrol terhadap kesehatan ternak lebih mudah ditangani karena mobilisasi ternak yang berada dalam satu atap dan mengurangi resiko tertulanya penyakit seperti pada metode penggembalaan.

g. Lama penggemukan termasuk singkat (short fattenig) yang berkisar 3 – 6 bulan.

Manajemen Pemeliharaan

Pemeliharaan sapi bali pada peternakan unhas dilakukan secara berkesinambungan dimana pemberian pakan pada sapi bali dimana dalam praktikum ini dipelihara dua ekor ternak sapi bali dengan jenis kelamin jantan dengan asumsi berat badan awal pada sapi I yaitu 161 kg dan sapi II yaitu 201. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari dengan pertimbangan pada pagi hari diberikan raumput hijauan berupa King Gross (Pannisetum purpureum) sore hari dengan pemberian konsentrat. Ternak sapi bali ini dikandangkan dan diberi pakan pada kandang dengan asumsi jumlah pakan sebesar 10 % dari berat badan ternak. Penggemukan (Fettening) dapat dilakukan dengan mengkandangkan ternak dan ini lebih baik dan efisien ini dilakukan oleh karena dengan mengkandangkan sapi dapat mempercepat peningkatan bobot badan sapi bila dibandingkan dengan digembalakan. Sebagai asumsi bahwa ternak dengan kurang aktivitas/pergerakan berarti penggunaan energi rendah dan ini memberi dampak pada penggunaan bahan makanan yang lebih efisien untuk dikonfersi menjadi daging oleh tubuh ternak. Sebaliknya dengan metode penggembalaan yang mana ternak dilepaskan di daerah padang rumput ini dapat menurunkan efisiensi penggunaan pakan dikarenakan banyaknya energi yang terbuang akibat besarnya aktifitas ternak dalam mencari rumput.

Pakan Ternak Sapi Bali

Sapi maupun ternak ruminansia lainnya mempunyai keterbatasan dalam mengkonsumsi ransom. Hijauan maupun rumput-rumputan yang tumbbuh di daerah tropis seperti Indonesia relative cepat tumbuh, tetapi kandunga gizinya relative rendah. Oleh karena itulah, sapi-sapi yang digemukkan dengan hanya memberikan hijauan saja tanpa adanya penambahan pakan ini berupa konsentrat tidak mungkin mencapai pertambahan bobot badan yang tinggi (Siregar, 2007).

Untuk penggemukan sapi dalam waktu yang relative singakt maka ransom yang diberikan haruslah terdiri dari hijauan dan konsentrat. Penggemukan sapi dalam waktu yang relative singakt berarti pertambahan bobot badan yang akan disapai harus tinggi (Sugeng, 2000).

Pada umumnya ternak sapi lebih menyukai rumput hijauan ini dikarenakan sapi adalah hewan herbivore (pemakan rumput). Rumput memiliki berbagai jenis dan spesies. Pada umunya rumput yang sering dikondumsi oleh ternak sapi ialah rumput gajah, rumput benggala dll (Anonim, 2007). Pada proses penggemukan sapi bali kita menfokuskan pada pemberian rumput gajah, ini lebih efisien karena tersedianya lahan rumput gajah yang telah tersedia. Dismping jenis pakan rumput kita memberikan campuran konsentrat dengan komposisi dedak halus 60-80 %, dan dapat dilakukan sebagai gantinya yaitu ampas pabrik tahu, mineral 1-2 %, garam (NaCl) 1-2 %, molasses 2-3 % dan air secukupnya.

Pembuatan pakan ini sangatlah mudah yaitu dengan mencampurakan bahan pakan yang tersedia dengan baik dan merata kemudian mencampurnya dengan air hingga terbentuk adonan. Perlu diketahui bahwa penggemukan yang dilakukan pada praktikum ini dengan jumlah ternak yang digemukkan sebanyak dua ekor dengan jenis kelamin jantan. Pemberian pakan berupa rumput hijauan diberikan pada pagi harinya namun pengambilan (cat and cerry system) dilakukan pada sore harinya dalam artian rumput dibermalamkan ini bertujuan agar kandungan air pada rumput hijaun dapat berkurang dengan demikian akan memberikan tingkat palatabilitas pakan lebih baik dan ini disukai oleh ternak. Manajemen ini dilakukan berdasarkan pada pengaruh pemberian pakan basah pada ternak yang dapat memberi dampak negative misalnya terserang penyakit parasit nematode, trematoda dan cestoda.

Ada bebrapa persiapan ransom penggemukan yang perlu dipertimbangka dalam melakukan penggemukansapi bali yang terdiri dari pakan konsentrat, pakan hijauan dan suplemen atau mineral.

1. Pakan konsentrat.

ü Pakan konsentrat atau pakan penguat dapat diberikan dapat diberikan dalam bentuk yang jadi seperti GT.03.

ü Pakan konsentrat untuk sapi di lahan sawa irigasi dapat berupa : dedak, jagung, dedak padi, onggok, gaplek, ampas tahu, bungkil kelapa atau bungkil kedele, disesuaikan dengan kondisi dan ketersediaan di derah setempat.

ü Jumlah konsentrat yang diberikan sangat tergantung pada bahan yang diberikan, derajat kekeringan, bobot badan sapid an target kenaikan bobot badan per hari per ekor yang diinginkan.

ü Waktu pemberian pakan konsentrat sebaiknya pagi hari antara pukul 8 – 9 pagi sebelum pemberian hijauan dalam jumlah banyak dan jangan kaget kalau sementara waktu sapi menjadi mencret.

2. Pakan hijauan

ü Pakan hijauan yang diberikan untuk sapi penggemukan dapat berupa rumput gajah, rumput lapangan, daun jagung, daun ubi jalar, daun kacang dan limbah pertanian linnya dalam bentuk segar.

ü Untuk daerah lahan sawah irigasi biasanya hijauan segar sulit diperoleh. Sedangkan jerami cukup banyak tersedia. Oleh karena itu pakan hiajuan sapi yang digemukkan di lahan sawah irigasi dapat diberikan jerami padi. Untuk meningkatkan kualitas jerami terlebih dahulu di buat silase melalui fermentasi. Namun apabila pakan hijauan di daerah itu cukup banyak tersedia, maka penggunaan jerami untuk pakan tidak perlu lagi.

Sistem Perkandangan

Kandang sapi yang digemukkan tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal selama dalam proses penggemukan, tetapi berfungsi sebagai perlindungan terhadap berbagai aspek yang menggangu sapi seperti cuaca yang dapat menimbulkan ketidak nymanan pada ternak sapi (Sugeng, 1992).

Bentuk dan system perkandangan yang digunakan pada proses penggemukan yang dilakukan pada praktikum ini adalah dengan system atau bentuk kandang tunggal berbelakang. Pada system perkandangan tersebut memiliki kelebihan diantaranya lebih memudahkan peternak untuk melakukan pembersihan kotoran (feses) sapi disamping itu dengan system ini tidak membutuhkan tenaga kerja yang banyak. Dimana dalam desain pembuatan alas kandang yang terbuat dari semen dan bentuknya miring (tidak rata) ini memudahkan feses ataupun air urin sapi dapat mengalir dan tidak tinggal di dalam kandang sehingga kandang tetap nampak bersih dan ternak pun tidak mudah kotor pada saat sapi beristirahan (duduk). Kelebihan lain dari system ini adalah bahwa dengan bentuk yang tunggal artinya hanya didiami oleh satu ekor sapi saja ini akan memberi pengaruh besar pada proses pertambahan berat badan ini terjadi karena ternak dalam melakukan aktivitas sangat minim karena bentuknya yang sempit, sehingga penggunaan makanan oleh tubuh lebih banyak diabsorbsi menjadi otot.

Menurut Siregar (2007), meyatakan bahwa untuk penggemukan memerlukan beberapa persyaratan sebagai berikut :

a. memberi kenyamanan bagi sapi-sapi yang digemukkan dan bagi si pemelihara.

b. Mmmemenuhi persyaratan bagi kesehatan sapi.

c. Mudah dibersihkan dan selalu terjaga kebersihannya.

d. Mempunyai ventilasi atau pertukaran udara yang sempurna.

e. Bahan-bahan yang digunakan dapat bertahan lama, tidak mudah lapuk, dan sedapat mungkin memeluka biaya yang relative murah dan terjangkau oleh peternak.

f. Tidak ada genangan air dalam maupun di luar kandang.

Lama Penggemukan

Lama waktu penggemukan sapi tergantung pada system penggemukan yang digunakan, umur sapi yang akan digunakan, dan cara pemberian pakan. Berdasarkan umur sapi yang akan digemukkan dapat dinyatakan bahwa sapi yang berumur dibawah satu tahun memerlukan waktu penggemukan yang lama dibandingkan dengan sapi-sapi yang berumur 2 – 2,5 tahun. Demikian pula halnya denga sapi-sapi yang digemukkan hanya denga pemberian hijauan saja. Waktu penggemukan sapi seperti ini akan lebih lama dibandingakan dengan sapi yang diberikan hijauan dan sejumlah konsentrat (Sugeng, 2000).

Pada praktikum ini lama penggemukan ialah lebih kurang salama 3 bulan (90 hari) denagn umur sapi 1,5 tahun dan 2 tahun. Adapun estimasi pertambahan berat badan dari sapi tersebut adalah sebagi berikut :

Berat badan awal sapi I : 161 Kg.

II : 201 Kg

Berat badan akhir sapi I : 191 Kg.

II : 231 Kg.

Rataan berat badan sapi I selama pemeliharaan : 201 kg – 161 kg = 40 kg.

Rataan berat badan sapi II selama pemeliharaan : 231 kg – 191 kg = 40 kg.

Dari data diatas dapat diasumsikan bahwa terdapat kesamaan pertambahan berat badan antara sapi I dan sapi II yaitu dengan pertambahan rata-rata selama 3 bulan yaitu 40 Kg dengan asumsi bahwa pertambahan berat badan harian yaitu :

90 hari / 40 kg = 2,25 kg/hari.

KESIMPULAN

ü Pertambahan bobot berat badan pada sapi bali dan ruminansia lainnya dapat dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu jenis pakan, jumlah pakan, lama pemeliharaan, jenis dan umur sapi serta breed sapi.

ü Pemberian pakan pada sapi bali dilakukan pada pagi dan sore hari dimana pemberian konsentarat dilakukan pada sore hari sebanyak masing-masing 1,5 dan 2 kg, sedangkan pemberian pakan hijauan segar dilakukan pada pagi hari sebanyak masing-masing 10 kg.

ü Selama pemeliharaan diperoleh pertambahan berat badan harian yaitu 2,5 kg/hari/ekor. Dimana berat total rataan pertambahan berat badan selama penggemukan 90 hari yaitu 40 kg pada setiap sapi bali yang dipelihara.

ü System perkandangan yang digunakan pada praktikum ini ialah system kandang tunggal berbelakang dan pemeliharaan yang dilakukan dengan system kereman yang umum di gunakan oleh masyarakat Indonesia.

ü Komposisi pakan yang diberikan berupa dedak halus, molasses, ampas tahu, mineral/garam, urea dan air. Dapat diansumsikan bahwa dengan konsentrat seperti diatas dapat memberikan kurva positif pada tingkat pertambahan berat badan pada sapi baliwalau dengan kualitas pakan yang masih relative rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 2007. _______

Siregar, S.B. 2006. Penggemukan sapi cetakan I. Penebar Swadaya, Jakarta.

Siregar, S.B. 2007. Penggemukan sapi cetakan II. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sugeng, B.Y. 1992. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sugeng, B.Y. 2000. Sapi Potong. Cetakan Kedelapan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Tidak ada komentar: